Kamis, 08 Januari 2009

BASIS MASSA DAN LOKUS GERAKAN

Ikatan Remaja Muhammadiyah

Gerakan sosial atau organisasi sosial apapun, lahir karena ada idealisme, cita-cita dan basis massa yang diperjuangkan. Demikian pula dengan IRM, yang ada sebagai gerakan sosial karena basis massa yang ingin dibela dan diperjuangkan. Kesadaran ini membawa IRM untuk melakukan refleksi terhadap kiprahnya selama ini. IRM sadar bahwa tidak mungkin sebuah gerakan berbicara tentang strategi tetapi tidak memperjelas siapa sesungguhnya basis yang diperjuangkan. Oleh karena itu, membincang basis massa menjadi hal utama dan strategis sebelum membicarakan tentang strategi gerakan kritis, agenda aksi untuk perubahan, struktur dan bidang, AD/ART, serta GBHG.

Berangkat dari kerisauan di atas dan perenungan dari para aktifys IRM, maka IRM merasa perlu membicarakan siapa sebenarnya basis massa yang diperjuangkannya. Sehingga dengan kejelasan itu terdapat sebuah pendekatan-pendekatan lain dalam mencapai idealisme dan cita-cita IRM. Basis Massa adalah sekumpulan individu atau kelompok sosial yang diperjuangkan atau yang diajak berjuang bersama-sama.

BASIS MASSA

Pembicaraan tentang basis massa IRM selalu menjadi ranah yang menarik, pertanyaannya kemudian adalah siapakah basis massa IRM? Apakah pelajar atau remaja. Karena urgennya persoalan ini dalam Muktamar XII IRM di Jakarta melalui sebuah proses vooting menetapkan basis massa IRM yaitu pelajar dan remaja. Kenapa pelajar dan remaja? Sebab pelajar dan remaja seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Kedua-duanya memiliki unsur yang saling menguatkan satu sama lain. Mungkin ada anggapan, kalau problem-problem remaja kurang menarik untuk diperbincangkan, sedangkan pelajar lebih jelas karena terkait dengan struktur pemerintah.

Duduk permasalahnya sebenarnya bukan pada menarik atau tidaknya problem-problem yang dialami remaja, tetapi bagaimana para aktivis yang ada di dalamnya mampu mengemas problem itu sedemikian rapi. Coba kita lihat, banyak gerakan-gerakan sosial yang menggunakan label usia atau kategori psikologis, seperti gerakan wanita atau perempuan, komunitas lesbian, homo, atau undang-undang perlindungan anak. Kesemuanya membela kepentingan basisnya yang termasuk kategori psikologis. Alhasil, gerakan mereka mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah.

Sebelum mengurai alasan memilih pelajar dan remaja sebagai basis massa, mari didefinisikan dahulu apa itu pelajar dan apa itu remaja. Pelajar dimaknai sebagai orang yang belajar. Berasal dari kata dasar belajar, didahului oleh awalan pe- sehingga mengalami peluluhan menjadi pelajar. Makna awalan pe- memiliki banyak makna, salah satunya adalah orang yang melakukan sesuatu aktivitas (secara terus menerus). Pelajar berarti orang yang (terus menerus) belajar. Remaja dimaknai sebagai masa transisi seorang dari anak-anak menuju dewasa.

Berikut alasan mengapa IRM tetap memilih pelajar dan remaja menjadi basis massanya:

* Faktor historis, sebagai konsekuensi nama “IRM” yang telah menjadi keputusan pada tahun 1992. Hal itu diperkuat lagi pada Muktamar XII yang tetap memilih pelajar dan remaja sebagai basis massanya.

* Kondisi faktual di lapangan, bahwa gerakan IRM tidak hanya eksis di sekolah, tetapi telah masuk pula ke ranah masyarakat, masjid, dan mushalla. Bahkan beberapa ranting malah eksis di komunitas masyarakat.

* Konsisten akan tetap meneruskan apa yang telah dicita-citakan IRM sebagai gerakan sosial yang berparadigma kritis-transformatif.

* Tidak ingin terjebak pada perdebatan pelajar atau remaja yang tak kunjung usai, tetapi lupa apakah rantingnya sudah digarap atau malah mati.

FOKUS BASIS MASSA

Setelah IRM memilih bahwa basis massanya adalah pelajar dan remaja, maka perlu saatnya bagi IRM memfokuskan basis massanya. Diperlukannya fokus basis massa, agar konsentrasi IRM dalam berdakwah dan berjuang lebih jelas. Pelajar menjadi pilihan yang tepat sebagai fokus basis massa. Berikut alasannya:

1. Pelajar merupakan klas sosial tertentu yang tergabung dalam dunia pendidikan (khususnya sekolah) dan akan memperjuangkan hak-haknya jika tidak terpenuhi.

2. Ada satu kepentingan sama yang dimiliki oleh pelajar sebagai orang yang sedang menempuh studi di bangku sekolah.

3. Pelajar memiliki posisi tawar untuk menentukan kebijakan dalam dunia pendidikan, karena pelajar menjadi salah satu stakeholer dan terkadang menjadi korban penindasan dari sebuah kebijakan. Sehingga, pelajar menjadi satu klas yang sering dilupakan.

4. Dengan status “pelajar” ada semangat keilmuan (cerdas, takwa, terampil) yang ingin dibangun untuk cita-cita pencerdasan pelajar itu sendiri, agar menjadi klas sosial tertentu yang bernafaskan keadilan, kemakmuran, dan diridhoi oleh Allah subhanahu wata’ala.

LOKUS GERAKAN

Lokus gerakan menjadi hal yang penting setelah pilihan basis massa. Hal ini disebabkan, lokus gerakan merupakan wilayah kehidupan yang menjadi medan perjuangan bagi basis massa gerakan dengan segala macam problematikanya. Misal, lokus gerakan pelajar di lingkungan sekolah yaitu pendidikan, lokus gerakan mahasiswa di kampus yaitu pendidikan-politik, lokus gerakan buruh di pabrik yaitu ekonomi, lokus gerakan petani di sawah yaitu pertanian, dan lain sebagainya.

Adapun lokus gerakan IRM meliputi beberapa isu berdasarkan metode analisis problematika yang dihadapi dunia pelajar dan remaja, yaitu:

1. Agama; Remaja meninggalkan ritualitas agama seperti shalat dan mengkaji kitab suci, internalisasi nilai-nilai keagamaan tidak melekat pada diri remaja, serta terjadi degradasi moral. Praktek keberagamaan yang demikian rigid cenderung melahirkan kesalehan individu yang hanya dinikmati secara personal. Sehingga agama hanya bersifat ritual dan tidak peka realitas. Agama tidak mampu menggerakkan orang beragama untuk melakukan perubahan atas realitas yang timpang. Sehingga agama dalam keadaan demikian hanya sebuah ilusi. Karena itu, agama harus menggerakkan pemeluknya untuk melakukan aktivisme sejarah untuk mengubah realitas dunia yang tidak adil.

2. Pendidikan: Pendidikan yang tidak merata di seluruh pelosok negeri, komersialisasi pendidikan yang mengakibatkan biaya sekolah menjadi mahal, fasilitas pendidikan yang minim dan tidak berkualitas, akses atau distribusi buku yang tidak merata di semua sekolah, serta adanya pemaksaan/penindasan terhadap pelajar melalui pemadatan kurikulum sehingga menghilangkan sisi-sisi kemanusian pelajar. Di samping itu, wilayah pendidikan tidak hanya dunia pendidikan an sich, tetapi pendidikan kesehatan menjadi hal yang penting. Karena sebagian pelajar juga mengalami problem berkaitan dengan kesehatan, seperti kekurangan pangan yang berakibat pada gizi dan nutrisi yang rendah, konsumsi narkotika dan zat adiftif, serta sebagian lagi gandrung dengan seks bebas.

3. Budaya: Budaya konsumerisme dan hedonisme yang memberikan “mimpi-mimpi tinggi” kepada pelajar dan remaja, mengikuti model kebarat-baratan (westernized), malas membudayakan tradisi membaca dan menulis, gagap teknologi mutakhir, sering menjadi aktor tawuran dan keributan masyarakat, tidak percaya diri, dan belum mandiri.

4. Sosial-Politik: Posisi pelajar-remaja dengan usia yang berada pada keadaan labil cenderung menjadi obyek oleh pemegang kebijakan; pelajar sering dikucilkan dari kenyataan hidup, kekerasan terhadap pelajar dan remaja, perdagangan anak-anak di bawah umur dan sejumlah eksploitasi lainnya. Posisi yang demikian lemah, pelajar-remaja sering tidak berdaya dalam negosiasi dan agregasi kepentingan. Akibatnya posisi pelajar-remaja sangat lemah.

* Catatan: Persoalan basis massa dan lokus gerakan tidak menjadi pembahasan dalam sidang komisi, tetapi langsung merekomendasikan kepada PP IRM terpilih untuk membentuk “Tim Eksistensi IRM” guna mengkaji basis massa IRM. Selanjutnya bisa dilihat pada Bab Rekomendasi. Karena itu, keputusan tentang basis massa dan lokus gerakan tetap menggunakan tanfidz keputusan Muktamar XIV IRM di Bandar Lampung yang tidak jauh berbeda seperti yang tertulis dalam tanfidz ini, yaitu pelajar dan remaja. Hanya saja pada tanfidz kali ini lebih diperjelas alasannya.

:: Situs Baru IPM :: Pastikan Jusuf Kalla Membuka Muktamar IRM :: Peserta Muktamar Banjiri Asrama Donohudan :: Muktamar IRM Dibuka 25 Oktober di Sriwedari :: Relaunching Website Pelajar