Jumat, 23 Januari 2009

Gerakan Korps Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah (KM3).

Juli 2, 2008

oleh : Idrus Aqibuddin

Gambaran Umum

Indonesia merupakan negara dengan penduduknya yang mayoritas beragama Islam. Artinya, dari segi kuantitatif umat Islam memberikan kontribusi yang besar dalam kehidupan bermasyarakat di negara ini. Umat yang sedemikian banyaknya ini tersebar dalam berbagai lapisan masyarakat kecil (rakyat biasa) sampai penguasa, mulai dari masyarakat marginal sampai masyarakat atas (elite) secara ekonomi (konglomerat), dari masyarakat awam (secara Intelektual) sampai golongan cerdik pandai (intelektual). Potensi yang sangat besar inilah yang seharusnya bisa menampilkan wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin dari berbagai lini atau segi kehidupan, sebuah kekuatan yang diharapkan bisa membawa Indonesia menuju sebuah negara yang rakyatnya memenuhi kriteria masyarakat madani. Namun kenyataan yang kita saksikan dewasa ini ‘kurang tepat’ apabila kita masukkan dalam kategori masyarakat madani. Dan konsekuensi logis dari beberapa pemaparan diatas adalah bahwa umat Islam-lah yang paling bertanggungjawab terhadap keadaan di Indonesia tercinta ini. Yang menjadi pertanyaan adalah, kemanakah wajah Islam –yang dianut mayoritas masyarakat Indonesia- yang katanya rahmatan lil ‘alamin? Atau Islam hanya dijadikan simbol (lipstik) semata, tanpa kesadaran akan pentingnya sebuah akhlak-moral secara Islami?

Perkembangan dunia Informasi dan Tekhnologi yang mengalami kemajuan sangat pesat, telah menyebabkan tipisnya jarak antara wilayah di dunia ini. Dinding tebal dimensi ruang yang memisahkan jarak antar wilayah tersebut dapat dengan mudah ditembus hanya dalam waktu yang sangat singkat. Selain memberikan nilai positif, fenomena ini juga memberikan dampak yang kurang kondusif atau bahkan cenderung negatif. Dari gaya hidup (life style) sampai pada tataran pemikiran. Seperti yang dapat kita saksikan di sekitar kita, dimana pengaruh dari luar (Barat) telah menggelayuti (doktrinasi) gaya hidup masyarakat Indonesia. Gaya hidup yang cenderung kebarat-baratan (westernisasi) yang kadang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kebanyakan kaum mudalah yang terkena ‘wabah’ ini, karena dalam usia-usia inilah mudah untuk menerima pengaruh yang datangya dari luar dan membuktikan kenikmatan-kenikmatan secara kasat mata. Disamping itu, ada pula fenomena pemikiran-pemikiran yang di doktrinasi oleh wacana apologis kekiri-kirian yang mengakibatkan keimanan dan ketaqwaan seseorang menjadi luntur. Masih banyak lagi pengaruh dari luar yang masuk dan menyeruak dalam sendi kehidupan masyarakat, baik dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, kehidupan sosial ekonomi, hukum bahkan sampai pada politik.

Orang-orang Non-Muslim membaca dan memanfaatkan peluang-peluang diatas, yang ada pada bangsa Indonesia dengan Multi-krisis yang masih melanda negara Indonesia. Ada hal penting yang harus mendapat perhatian, yakni strategi pemurtadan yang mereka gunakan. Yang pertama, adalah dengan tawaran berupa materi dengan sasaran masyarakat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Hal ini, kemiskinan di Indonesia dijadikan sebagai media untuk pengkafiran dan pemurtadan. Yang kedua adalah dengan membidik kehidupan budaya masyarakat, bisa melalui pergaulan remaja dan gaya hidupnya (life style) -tawaran busana atau mode you can see-, perkawinan campur (antar agama), sampai pada tayangan-tayangan televisi yang hanya menjadi tontonan tanpa adanya tuntunan, dan sebagainya. Pergaulan yang dialami atau digandrungi oleh kawula muda (remaja) tersebut digunakan sebagai mediator untuk mensosialisasikan misinya yang membawa kenikmatan-kenikmatan secara materi dan kepuasan yang merasionalkan bahwa sebuah kehidupan sekarang merupakan kehidupan nyata yang perlu dituruti (manja). Yang ketiga adalah tawaran-tawaran yang diterapkan dalam dunia pendidikan. Hal ini terlihat pada sebuah permasalahan karakteristik yang berjiwa kritis, tetapi tidak dimanfaatkan atau dicerna secara rasional-normatif. Artinya, semua referensi pemikiran yang dibawa tersebut tidak di kembalikan kepada referensi ajaran Islam (Al-Qur’an dan Al-Sunnah) namun malah sebaliknya yakni dijadikan sebagai sumber kebenaran yang otentik. Secara tidak langsung, hal tersebut merupakan salah satu dari sekian metode atau strategi misi pemurtadan yang diterapkan sesuai dengan realitas sekarang untuk mencapai tujuan akhirnya yakni me-Non Muslim-kan semua ummat di Indonesia khususnya Ummat Islam.

Tentang Korps Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah (KM3).

Da’wah Islam sebagai wujud penyeru dan membawa ummat manusia ke jalan Allah pada dasarnya harus dimulai dari orang-orang Islam itu sendiri sebagai pelaku da’wah sebelum berda’wah kepada orang lain hingga mencangkup lebih luas sesuai Firman Allah “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu ….” (QS. At-Tahrim, 66: 6). Upaya untuk mewujudkan ajaran Islam dalam kehidupan dilakukan melalui da’wah itu yakni dengan mengajak kepada kebaikan (Amar Ma’ruf), mencegah dari yang mungkar (nahi mungkar) dan mengajak untuk beriman (Tu’minuna Billah) guna terwujudnya ummat yang sebaik-baiknya (Khairu Ummah).

Dengan melihat peluang dari MTDK PP Muhammadiyah dalam melaksanakan Pelatihan Nasional Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah (selanjutnya dibaca; PNM3) yang dijadikan sebagai media untuk mempertemukan kader-kader Muhammadiyah dengan maksud dan tujuan agar membentuk wadah da’wah sebagai “tangan lanjutan’ untuk membantu da’wahnya Muhammadiyah dianggap sebagai moment yang tepat. Adapun PNM3 ini sudah berjalan dari tahun 2003 – 2008 atau kurang lebih sudah 6 kali pelaksanaan dan para peserta delegasi zona (D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Jabodetabek, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Bengkulu).

Setelah pelatihan tersebut para alumni PNM3 sepenuhnya di kembalikan ke wilayah atau daerahnya dan akademik (kampus) masing-masing agar melanjutkan perjuangannya dalam berda’wah. Untuk melaksanakan amanah tersebut, alumni dari zona wilayah D.I. Yogyakarta berinisiatif dan bertekad untuk merealisasikannya.

Dan hendaklah ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar …”. Dan kata ‘ada segolongan umat’ dapat diartikan sebagai kepekaan umat untuk berda’wah secara kolektif (jama’i), sehingga perlu adanya ‘wadah/organisasi’ untuk merealisasikannya. Hal inilah yang dijadikan dasar pijakan betapa pentingnya sebuah wadah atau organisasi sebagai kendaraan untuk berda’wah. Sehingga dengan waktu yang tidak cukup lama para alumni PNM3 berkonsolidasi untuk komitmen membantu da’wah Muhammadiyah dengan membentuk wadah organisasi. Namun, sebelum ke ranah itu para alumni PNM3 membuktikan dirinya terlebih dahulu dengan menawarkan dan merealisasikan program kegiatan da’wahnya. Hal itu dibuktikan dengan kegiatan da’wahnya yang cenderung ke masyarakat seperti; Muballigh Hijrah, membentuk Desa Binaan, pelatihan merawat jenazah, pendampingan Pesantren Kilat, mengadakan Pengajian, dan Diskusi.

Setelah program kegiatan itu dirasa cukup untuk membuktikan komitmen para alumni PNM3 (kader) dalam berda’wah, maka pada tanggal 13 februari 2005 bertepatan dengan 27 Muharram 1426, 8 (delapan) orang dari Koordinator Wilayah Yogyakarta diantaranya Idrus Aqibuddin S.Pd.I, Winarno S.Kom., Ust. Teguh Isnaeni, Abdullah Mu’in S.T., Wiwit Laila Sari A.Md. Keb., Ust. M. Aris Jatmiko, Attmaji Budisatoto S.T. dan Ust. Susanto (adapun yang diutus untuk berangkat Idrus Aqibuddin dan M. Aris Jatmiko) ‘mengetuk pintu’ atau silaturrahmi dengan pihak pengurus MTDK PP Muhammadiyah yang di wakili oleh bapak Drs. H. Yusuf A Hasan M.Ag. dengan tujuan supaya alumni PNM3 memiliki wadah tersendiri agar lebih dan leluasa dalam bergerak. Dan akhirnya ada hasil kesepakatan bahwa:

  1. Pelatihan Nasional Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah adalah sebagai media pengkaderan untuk mencetak kader Muballigh-Muballighat Muhammadiyah. Maksudnya pelatihan ini dijadikan sebagai wahana untuk mempertemukan dan mencetak kader dalam berda’wah. Setelah pelatihan tersebut, maka ada tindak lanjut (follow-up) yakni semua kader diharapkan untuk mengembangkan da’wahnya di wilayah/daerah masyarakat dan kampus masing-masing.

  2. Struktur kepengurusan KM3 keseluruhan bersifat sebagai Koordinator Wilayah/Daerah. Maksudnya seluruh jajaran KM3 se-Indonesia memiliki hubungan yang sama atau sederajat yakni sebagai koordinator di wilayah atau daerahnya masing-masing.

  3. Semua bentuk kegiatan atau program KM3 diserahkan sepenuhnya kepada pengurus KM3 itu sendiri. Maksudnya KM3 diharapkan untuk lebih produktif, kreatif dan inovatif dalam menawarkan dan merealisasikan program-program kegiatan yang sudah terencana.

  4. Hubungan KM3 dengan MTDK Muhammadiyah secara struktural bersifat Koordinasi. Artinya setelah terlepas dari Pelatihan Nasional Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah, pengurus KM3 dianjurkan untuk berkomunikasi dengan MTDK PWM atau MTDK PDM untuk mensosialisasikan maksud dan tujuan KM3 dan menindaklanjuti program-program yang telah terencana, KM3 bukan Organisasi Otonom (Ortom Muhammadiyah) melainkan berdiri sendiri (independen) dan untuk lingkungan Akademik kampus sepenuhnya diserahkan pada kebijakan (policy) kampus dan pengurus KM3 itu sendiri.

Korps Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah atau di singkat KM3 ini, yang nota-benenya adalah sebagai generasi ummat Islam untuk bisa beramar ma’ruf nahi munkar dan bertu’minuna billah, berusaha untuk membantu meminimalisir dan meluruskan semua problematika yang belum maupun yang sedang dan akan dialami oleh ummat Islam khususnya masyarakat yang masih awam atau buta dengan wacana keagamaan yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Tapi semuanya itu apalah artinya kalau dari kalangan internal (sesama muslim) tidak ada keharmonisan dan konsistensi untuk berjihad fi sabilillah. Maka dari itu semua dukungan terutama dari kalangan yang sudah berpengalaman untuk bisa bekerjasama dan berpartisipasi kepada calon generasi penerus da’wah Islam ini. Dan tentunya kita semua juga terus memanjatkan doa kepada Allah SWT Sang pencipta dan penghancur serta Sang Maha segalanya, agar semua tujuan baik, amalan dan ibadah diberi jalan yang lebih lapang dan memudahkan kita untuk terus berjuang dan berjuang di jalan Allah SWT. Amin.