Jumat, 23 Januari 2009

MENYIKAPI SIKAP KEJUJURAN


Kata mutiara yang belum pasti di temukan siapa pencetusnya “kejujuran adalah modal utama”. Kejujuran adalah sebuah sikap akhlak terpuji yang akan mengantarkan kepada setiap orang yang memiliki sikap tersebut akan menjadi seorang yang besar dan di segani oleh manusia sepanjang masa. Karena sikap kejujuran pula seorang akan mendapatkan kebahagiaan dan keikhlasan dalam bekerja maupun aktivitas-aktivitas lain.

Generasi salah asuhan (mungkin?)

Indonesia sesungguhnya adalah Negara yang sangat kaya. Letak geografis dan hasil tanaman yang beraneka ragam seharusnya dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, belum lagi hasil dari tambang di Negara kita yang cukup mengagumkan. Beraneka ragam hasil tambang yang ada di Indonesia. Bahkan dipekirakan masih banyak potesi tambang kita yang belum terkelola dengan baik.

Untuk sumber daya manusia, pada dasarnya memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Sering kali putra-putri bangsa Indonesia yang menjuarai olimpiade sains di tingkat internasional. Bahkan tidak kalah juga, karya-karya ilmiah anak-anak bangsa mampu bersaing dengan hasil karya ilmiah dari Negara lain.

Dengan modal kekayaan yang demikian, idealnya Indonesia menjadi Negara yang maju dan serba bisa. Kita tengok saja kekayaan alam melimpah, orang cerdas dan pandai banyak, sumber daya energi banyak, tentunya Indonesia akan menjadi sosok Negara yang cukup mengagumkan dan disegani oleh Negara lain.

Akan tetapi apa yang menjadi sesuat yang ideal ternyata, tidaklah sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Negara kita menjadi Negara yang sering dijadikan sasara empuk oleh Negara lain, baik dari politik sampai ke masalah-masalah lain. Sebut saja Malaysia, sebuah Negara yang secara kasap mata serumpun dengan kita, baik segi ras maupun bahasa, mereka dengan seenaknya menyerobot kekayaan seni dan budaya Indonesia, belum lagi maslah TKI yang terus berlarut larut.

Permasalahan lain yang sampai sekarang menghinggapi bangsa indoesia, adalah krisis moral. Di dengungkannya reformasi pada tahun 1998 oleh para tokoh, elemen mahasiswa dan masyarakat, adalah agar bagsa kita ini bisa lebih baik, terutama dari bahaya praktik korupsi dan kolusi besar-besaran yang terjadi masa rezim orde baru selama lebih dari tiga dasawarsa. Banyak sekali pelanggaran-pelanggaran lain yang dilakukan pada masa rezim sebelumnya, terutama masalah tanjung priok da pelanggaran HAM lainya, yang sampai sekarang tidak jelas bagai mana kelanjutan kasusnya. Akan tetapi apa yang kita lihat selama pasca reformasi sampai saat ini, sangat jauh dari apa yang kita harapkan. Korupsi di segala lini semakin menggila, kebebasan pers yang cenderung ngawur dan kebablasan, semakin banyaknya tindak krimanal yang terjadi dan masih banyak kekacauan-kekacauan yang terjadi di luar.

Menurut bapak Amin Rais dalam bukunnya “SELAMATKAN INDONSIA”menyebutkan bahwa mental bangsa Indonesia masih bermental inlander[2], yaitu mental bangsa yang terjajah dan cenderung tidak percaya diri dan suka tergantung dengan bangsa lain, sehingga seolah-oleh kita akan sulit maju jika tanpa bantuan asing[3]. Akibatnya banyak kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah harus sesuai dengan harapan barat. Kalaupun kita berusaha untuk bergerak para pemegang kebijkan selalu takut akan embel-embel atau akibat yang akan terjadi apabila kebijakan tersebut tidak meguntungkan pihak asing.

Mental bangsa yang bobrok seharusnya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena bisa jai Indonesia akan jadi tinggal nama, tentu sebagai anak bangsa kita tidak mengingikan hal itu terjadi. Sebenarnya kalau kita mau berkaca kepada para pendahulu-pendahulu kita, yang dengan gigih memeperjuangkan bangsa Indonesia untuk merdeka, mereka tidak kenal dengan rasa takut dengan musuh, pertanyaan kita apakah semangat itu saat ini sudah pudar, atau hilang sama sekali? Hanya kita yang dapat menjawab pertanyaan itu, itupun kalau kita masih bisa jujur terhadap diri sendiri.

“Jujur?” Ah!!!!! Emang gue pikirin

Kalimat itu tentu sering muncul dalam benak hati kita dalam kehidupan sehari-hari, da kalimat itu itupula yang membenamkan kata hati kita sehingga mata kita menjadi buta terhadap fatamorgana yang kerap kali menyilaukan kita. Pada saat kita sedang haus di padang pasir pandangan mata kita akan selalu ditampakan terhadap pemandangan air, yang sebenarnya itu tidak ada.

Seperti itulah kira-kira kondisi manusia saat ini. Hawa nafsu secara tidak langsung telah menguasai akal sehat. Sehingga mereka hanya akan terus memperturutkan hawa nafsu mereka sampai mereka ingat, kalau memang Allah menghendaki mereka ingat.

Sudah tidak asing bagi kita Demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa, yang mengambil isu, tentang politisi busuk.[4]. Tetapi marilah kita tengok bersama, bagaimana tingkah laku dari sebagian kawan-kawan kita dikampus, maupun mereka yang masih belajar dibangku sekolah, atau mungkin kita adalah salah satunya apakah sudah mempunyai sikap yang jujur? Atau bahkan dalam kehidupan mereka sudah di berlakukan nilai-nilai kejujuran dalam setiap sendi-sendi kehidupan sehari-hari? Tentunya hanya kita yang bisa menjawabnya.

Prilaku menyontek yang merebab dikalangan pelajar mahasiswa adalah salah satu potret masa depan kita dan Negara kita. Mereka terlalu terobsesi dengan nilai yang tinggi dengan segala macam usaha, terlepas usaha tersebut merugikan atau tidak, yang penting nilai tinggi dan lulus cepat. Bagaimana tidak mereka yang dianggap kalangan terpelajar dan intelektual tinggi dan akan menjadi agent of change (agen perubahan) untuk bangsa bisa berbuat seperti itu. Itu adalah sedikit gambaran, bilamana sebenarnya secara tidak sengaja kita telah terdidik untuk melakukan korupsi. Kalau kondisi yang terjadi masih seperti itu, maka mustahil bagi kita untuk memberantas korupsi. Walaupun sekarang ada KPK, kalau mental tidak segera diperbaiki maka akan sulit koupsi akan lenyap dimuka bumi ini Indonesia kita yang tercinta.

Memang sering dikorupsi oleh para pelajar saat ini bukan uang, akan tetapi kesemuannya itu tidak terlepas dari sikap kejujuran kita yang menunjukan akhlak kita yang sebenarnya, kegiatan apaun yang kita lakukan dengan tidak sesuai dengan prosedur dan cenderung merugikan, baik diri sendiri dan orang lain maka itu juga tindakan korupsi. Bilamana para pemuda dan pemudi kita, ketika masih dalam tahap belajar saja, kita tidak bisa mengendalikan diri, apalagi kalau kita kita sudah menjadi orang berkuasa nanti, semoga Allah tetap memberikan bimbingannya kepada kita.

Sikap yang baik dan jujur pada dasarnya telah di contohkan oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat-sahabatnya. Bagaimana nabi Muhammad di berikan gelar AL Amin oleh masyarakat pada saat itu, dikarenakan kejujurannya, sehingga setiap perkataan yang keluar dari mulutnya tentunya adalah sebuah kebenaran dan ditambah-tambahi, sehingga orang yang mendengarnya tidak akan khawatir jikalau sedang di bohongi. Sehingga pada masa pemmbangunan ka’bah beliau diberi kepercayaan masyarakat pada saat itu untuk meletakan Hajar Aswad keposisinya. Contoh-contoh lain bisa kita lihat dari pendahulu-pendahulu kita mulai dari Khulafau Rasyidin, sahabat, tabi’, tabi’-tabi’in. Permasalahannya sekarang adalah jarang sekali para kaum muda islam sekarang yang mau dan tertarik untuk mempelajarinya.

Sebagai umat islam sikap keujuran adalah sikap yang harus dan mutlak kita miliki. Karena dengan tidak jujur bisa jadi banyak sekali kerugian-kerugian maupun kerusakan yang dapar ditimbulkan karenannya dan Allah sangat membenci mereka yang telah berbuat curang[5]. Apapun profesi kita lakukanlah dengan senang hati dan ikhlas, karena dengan iklhlas. Karena dengan kita berbuat ikhlas dan tidak menyalahgunakan prosedur, maka dalam melakukan seiap hal, hati kita akan terasa ringan. Sebaliknya apabila kita melakukan setiap kegiatan dengan penuh maksud dan kepentingan pribadi dan golongan maka dalam setiap kegiatan apapun kita akan sulit untuk bisa tenang, karena kita akan selalu khawatir apabila, ada yang akan menghancurkan atau menghalangi kita. Kebimbangan demi kebimbangan akan selalu muncul apabila segala sesuatu tersebut tidak kita lakukan dengan dasar jujur dan ikhlas[6]. Wallahua’lam bishshawab


[1] Mahasiswa PLS FIP UNY, Mantan Kabid Dakwah IMM UNY, Mantan Kabid Kader KM3

[2] Dalam bukanya pak Amin Rais, SELAMATKAN INDONESIA, inlander secara harfiah adalah pribumi,. Istilah ini sering digunakan secara sinis-sarkastik untuk menunjukan anak bangsa yang penakut, dan merasa inferior di hadapan penjajah belanda.

[3] Lihat Amin Rais, ibid 139

[4] Secara umum yang dimaksud politisi basuk, adalah mereka anggota dewan, maupun poltisi lainnya, yang dalam hal ini sering menngunakan wewenang mereka diluar prosedur guna kepentingan pribadi mereka, dalam hal ini yang sering di sorot oleh kawan-kawan mahasiswa adalah prilaku KKN yang mereka lakukan

[5] Buka Al Qur’an surat Al Muthafiffin, ayat 1-10, Di dalam surat itu dijelaskan tentang orang-orang yang berbuat curang.

Riyadhus shalihin, dari ibnu mas’ud, , dari nabi Muhammadd SAW, beliau bersabda”sesungguhnya kebenaran itu membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seorang akan selalu bertindak jujur sehingga sehingga ia di tulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kejahatan dan kejahatan itu membawa keneraka. Seorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis disisi Allah sebagai pendudsta” (HR.Bukhari dan Muslim)

[6] Dari Abu Muhammad AL-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata “Saya mengahafal beberapa kalimat dari rassulullah SAW, yaitu : “Tinggalkan apa yang kamu ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak kamu ragukan. Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan.”(HR.Tirmidzi)